Arfi Bambani Amri, Bobby Andalan
Rabu, 1 Agustus 2012
VIVAnews -
Ketua Garda Wanita (Garnita) Malahayati NasDem Bali, Putu Suprapti
Santy Sastra, dinonaktifkan partainya. Posisinya digantikan kader
perempuan lain yang sudah dilantik oleh Ketua Umum Partai NasDem,
Patrice Rio Capella.
Santy Sastra berjanji akan melakukan perlawanan atas keputusan penonaktifan dirinya itu. "Saya merasa sudah diperlakukan secara tidak adil oleh Nasdem," ungkap Santy, Rabu 31 Juli 2012.
Langkah yang dilakukan Santy adalah menggalang kekuatan untuk melawan kebijakan Partai NasDem, yang disebutnya nonprosedural. Ia kemudian menjelaskan awal mula dirinya bergabung dengan Ormas NasDem, hingga akhirnya ada upaya untuk menyingkirkannya dari partai baru itu.
"Sebelum ormas ini dibentuk di Bali tahun 2011, saya termasuk deklarator Ormas NasDem. Boleh dibilang, saya termasuk satu-satunya perempuan yang pada waktu itu menonjol," ucapnya.
Dalam perjalanan Ormas NasDem, ada gerakan untuk membentuk Partai NasDem. Sekitar April 2011, Santy Sastra dipercayakan untuk menjadi Ketua DPD Partai NasDem Kota Denpasar, dengan Surat Keputusan (SK) yang sah. "Saya pun langsung bergerak, dan membentuk kepengurusan sampai ke tingkat kecamatan. Saya juga mengumpulkan 2.000 KTA bersama pengurus yang saya bentuk," jelasnya.
Selanjutnya pada Mei 2011, Santy Sastra mendapatkan mandat untuk membentuk Garda Wanita (Garnita) Malahayati NasDem Bali. Ia kemudian didaulat untuk duduk sebagai Ketua DPW Garnita Malahayati NasDem Bali dan dilantik secara resmi oleh Ketua Umum Garnita Malahayati NasDem Irma S Chaniago, pada 30 Oktober 2011.
"Waktu pembentukan Garnita Malahayati Bali ini saya menggunakan naluri wanita. Saya minta tolong sama Gus Oka (Ketua DPW Partai Nasdem Bali Ida Bagus Oka Gunastawa) untuk memasukkan orang-orangnya dalam struktur. Istrinya (Ida Ayu Danik Suardhani) bahkan saya posisikan sebagai Sekretaris DPW Garnita Malahayati Nasdem Bali," tutur Santy Sastra.
Hanya saja, menurut dia, mereka yang diakomodir dalam kepengurusannya ini pada akhirnya dimanfaatkan untuk membangun gerakan guna menyingkirkannya. Buktinya pada April 2012, Santy Sastra dipanggil dan diberi pilihan oleh Gus Oka. "Saya dibuat seperti anak kecil yang diiming-imingi dan disuruh memilih, karena katanya tidak boleh rangkap jabatan. Jadi saya harus memilih antara Garnita dan Partai Nasdem. Saat itu, saya pilih Garnita dan lepas Partai Nasdem begitu saja," ujarnya.
Selanjutnya Juli 2012, kata Santy Sastra, Sekretaris DPW Partai NasDem Bali, Adi Saputra, menjanjikannya untuk bergabung dalam kepengurusan partai. "Tetapi saya diberi syarat, yakni harus meletakkan jabatan sebagai Ketua DPW Garnita Malahayati Nasdem," kata Santy.
Dia pun menolak. "Saya berpikir, keledai saja tidak mau jatuh kedua kalinya. Orang bodoh juga pasti akan mengerti bahwa ada permainan di sini." Sebab, bukan hanya Santy saja yang diminta untuk menanggalkan jabatan, namun pengurus yang dibentuknya juga dibubarkan.
"Saya sudah bentuk empat DPD Garnita, yakni Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar. Itu sebabnya saya bersama pengurus menolak untuk bubar dan tetap bertahan," kata Santy Sastra.
Pilihan untuk bertahan ini dilakukan Santy Sastra, juga setelah berkoordinasi dengan Ketua Umum Garnita Malahayati NasDem Irma S Chaniago. "Dia sampaikan bahwa jangan mau menyerah dan harus dilawan. Apalagi saya juga sudah melakukan banyak kegiatan selama memimpin Garnita Malahayati NasDem Bali," katanya.
Namun di tengah upaya untuk bertahan dan melakukan perlawanan ini, Santy Sastra kembali diberikan kejutan. Ia diberikan kabar bahwa kepengurusan yang sudah dibentuknya sudah dibubarkan. Pengurus baru Garnita Malahayati dan Garda Pemuda NasDem Bali yang baru pun sudah dilantik oleh Ketua Umum DPP Partai Nasdem Rio Capella, pada saat Rakorwil DPW Partai Nasdem Bali, 25 Juli 2012.
"Terus terang kalau menuruti kata hati saya, sebetulnya saya ingin lepas. Tetapi saya mendapat dukungan dari pengurus yang saya bentuk, KPPI dan juga teman-teman LSM. Mereka tidak mau perempuan dianiaya, apalagi saya masih pegang SK dari pusat. Jadi saya tetap bertahan. Saya tetap pertahankan kepemimpinan saya, ini sampai benar-benar ada pencabutan sesuai prosedur organisasi yang sah," katanya,
Santy Sastra merasa kecewa, karena ia menilai ada intervensi, campur tangan dan arogansi partai terhadap organisasi sayap di Nasdem. Ia juga menyayangkan pihak-pihak yang menyebut bahwa dirinya telah mundur dari Nasdem.
"Jadi tidak benar kalau dibilang saya mundur. Justru mereka yang meminta saya untuk melepas jabatan. Saya tidak butuh Nasdem. Tetapi saya tidak mau dibengkokkan. Lebih baik patah daripada bengkok. Harga diri masalahnya," katanya.
Nasdem: Sesuai Prosedur
Sebelumnya, Sekretaris DPW Partai NasDem Bali, Ida Bagus Adi Saputra, menyampaikan, pemberhentian Santy Sastra berdasarkan hasil evaluasi serta melalui rapat dan diskusi yang matang. Evaluasi yang dilakukan DPW Partai NasDem Bali tersebut, kata dia, telah dikonsultasikan dengan Dewan Pembina Partai NasDem Bali. "Jadi dengan demikian, pemberhentian Ibu Santy dari Ketua Garnita Malahayati Nasdem Bali sudah sah. Itu sudah melalui mekanisme yang benar," ujar Adi Saputra, Selasa 31 Juli 2012 malam.
Ia menjelaskan, setelah menonaktifkan Santy Sastra, telah ditunjuk Luciana Ayu Sukmawati sebagai Ketua DPW Garnita Malahayati NasDem Bali. "Ibu Luci bersama kepengurusannya telah dilantik oleh Ketua Umum Partai Nasdem Patrice Rio Capella, pada 27 Juli 2012," ujar Adi Saputra.
Ia membantah keras sinyalemen yang menyebutkan bahwa penonaktifan Santy Sastra dilakukan tanpa melalui mekanisme, apalagi disebut penuh rekayasa serta intrik politik. "Tidak ada rekayasa, apalagi ada intrik politik untuk mendepak Ibu Santy. Semua sudah dilakukan sesuai mekanisme yang benar dalam organisasi," katanya.
Santy Sastra berjanji akan melakukan perlawanan atas keputusan penonaktifan dirinya itu. "Saya merasa sudah diperlakukan secara tidak adil oleh Nasdem," ungkap Santy, Rabu 31 Juli 2012.
Langkah yang dilakukan Santy adalah menggalang kekuatan untuk melawan kebijakan Partai NasDem, yang disebutnya nonprosedural. Ia kemudian menjelaskan awal mula dirinya bergabung dengan Ormas NasDem, hingga akhirnya ada upaya untuk menyingkirkannya dari partai baru itu.
"Sebelum ormas ini dibentuk di Bali tahun 2011, saya termasuk deklarator Ormas NasDem. Boleh dibilang, saya termasuk satu-satunya perempuan yang pada waktu itu menonjol," ucapnya.
Dalam perjalanan Ormas NasDem, ada gerakan untuk membentuk Partai NasDem. Sekitar April 2011, Santy Sastra dipercayakan untuk menjadi Ketua DPD Partai NasDem Kota Denpasar, dengan Surat Keputusan (SK) yang sah. "Saya pun langsung bergerak, dan membentuk kepengurusan sampai ke tingkat kecamatan. Saya juga mengumpulkan 2.000 KTA bersama pengurus yang saya bentuk," jelasnya.
Selanjutnya pada Mei 2011, Santy Sastra mendapatkan mandat untuk membentuk Garda Wanita (Garnita) Malahayati NasDem Bali. Ia kemudian didaulat untuk duduk sebagai Ketua DPW Garnita Malahayati NasDem Bali dan dilantik secara resmi oleh Ketua Umum Garnita Malahayati NasDem Irma S Chaniago, pada 30 Oktober 2011.
"Waktu pembentukan Garnita Malahayati Bali ini saya menggunakan naluri wanita. Saya minta tolong sama Gus Oka (Ketua DPW Partai Nasdem Bali Ida Bagus Oka Gunastawa) untuk memasukkan orang-orangnya dalam struktur. Istrinya (Ida Ayu Danik Suardhani) bahkan saya posisikan sebagai Sekretaris DPW Garnita Malahayati Nasdem Bali," tutur Santy Sastra.
Hanya saja, menurut dia, mereka yang diakomodir dalam kepengurusannya ini pada akhirnya dimanfaatkan untuk membangun gerakan guna menyingkirkannya. Buktinya pada April 2012, Santy Sastra dipanggil dan diberi pilihan oleh Gus Oka. "Saya dibuat seperti anak kecil yang diiming-imingi dan disuruh memilih, karena katanya tidak boleh rangkap jabatan. Jadi saya harus memilih antara Garnita dan Partai Nasdem. Saat itu, saya pilih Garnita dan lepas Partai Nasdem begitu saja," ujarnya.
Selanjutnya Juli 2012, kata Santy Sastra, Sekretaris DPW Partai NasDem Bali, Adi Saputra, menjanjikannya untuk bergabung dalam kepengurusan partai. "Tetapi saya diberi syarat, yakni harus meletakkan jabatan sebagai Ketua DPW Garnita Malahayati Nasdem," kata Santy.
Dia pun menolak. "Saya berpikir, keledai saja tidak mau jatuh kedua kalinya. Orang bodoh juga pasti akan mengerti bahwa ada permainan di sini." Sebab, bukan hanya Santy saja yang diminta untuk menanggalkan jabatan, namun pengurus yang dibentuknya juga dibubarkan.
"Saya sudah bentuk empat DPD Garnita, yakni Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar. Itu sebabnya saya bersama pengurus menolak untuk bubar dan tetap bertahan," kata Santy Sastra.
Pilihan untuk bertahan ini dilakukan Santy Sastra, juga setelah berkoordinasi dengan Ketua Umum Garnita Malahayati NasDem Irma S Chaniago. "Dia sampaikan bahwa jangan mau menyerah dan harus dilawan. Apalagi saya juga sudah melakukan banyak kegiatan selama memimpin Garnita Malahayati NasDem Bali," katanya.
Namun di tengah upaya untuk bertahan dan melakukan perlawanan ini, Santy Sastra kembali diberikan kejutan. Ia diberikan kabar bahwa kepengurusan yang sudah dibentuknya sudah dibubarkan. Pengurus baru Garnita Malahayati dan Garda Pemuda NasDem Bali yang baru pun sudah dilantik oleh Ketua Umum DPP Partai Nasdem Rio Capella, pada saat Rakorwil DPW Partai Nasdem Bali, 25 Juli 2012.
"Terus terang kalau menuruti kata hati saya, sebetulnya saya ingin lepas. Tetapi saya mendapat dukungan dari pengurus yang saya bentuk, KPPI dan juga teman-teman LSM. Mereka tidak mau perempuan dianiaya, apalagi saya masih pegang SK dari pusat. Jadi saya tetap bertahan. Saya tetap pertahankan kepemimpinan saya, ini sampai benar-benar ada pencabutan sesuai prosedur organisasi yang sah," katanya,
Santy Sastra merasa kecewa, karena ia menilai ada intervensi, campur tangan dan arogansi partai terhadap organisasi sayap di Nasdem. Ia juga menyayangkan pihak-pihak yang menyebut bahwa dirinya telah mundur dari Nasdem.
"Jadi tidak benar kalau dibilang saya mundur. Justru mereka yang meminta saya untuk melepas jabatan. Saya tidak butuh Nasdem. Tetapi saya tidak mau dibengkokkan. Lebih baik patah daripada bengkok. Harga diri masalahnya," katanya.
Nasdem: Sesuai Prosedur
Sebelumnya, Sekretaris DPW Partai NasDem Bali, Ida Bagus Adi Saputra, menyampaikan, pemberhentian Santy Sastra berdasarkan hasil evaluasi serta melalui rapat dan diskusi yang matang. Evaluasi yang dilakukan DPW Partai NasDem Bali tersebut, kata dia, telah dikonsultasikan dengan Dewan Pembina Partai NasDem Bali. "Jadi dengan demikian, pemberhentian Ibu Santy dari Ketua Garnita Malahayati Nasdem Bali sudah sah. Itu sudah melalui mekanisme yang benar," ujar Adi Saputra, Selasa 31 Juli 2012 malam.
Ia menjelaskan, setelah menonaktifkan Santy Sastra, telah ditunjuk Luciana Ayu Sukmawati sebagai Ketua DPW Garnita Malahayati NasDem Bali. "Ibu Luci bersama kepengurusannya telah dilantik oleh Ketua Umum Partai Nasdem Patrice Rio Capella, pada 27 Juli 2012," ujar Adi Saputra.
Ia membantah keras sinyalemen yang menyebutkan bahwa penonaktifan Santy Sastra dilakukan tanpa melalui mekanisme, apalagi disebut penuh rekayasa serta intrik politik. "Tidak ada rekayasa, apalagi ada intrik politik untuk mendepak Ibu Santy. Semua sudah dilakukan sesuai mekanisme yang benar dalam organisasi," katanya.
© VIVA.co.id | Share :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar