Jumat, 30 Agustus 2013

Sarundajang Penasaran Baca Buku Tumbal Politik Cikeas



TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Buku Anas Urbaningrum Dalam Sorotan Status Facebook Tumbal Politik Cikeas, karya Ma'mun Murod Al-Babasy, mengundang penasaran Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Hari Sarundajang.
Apalagi hingga kini dia masih belum membaca buku yang namanya turut diungkap dalam buku tersebut mengenai rivalitas antara Susilo Bambang Yudhoyono dan (SBY) Anas terkait pemilihan Ketua DPD Partai Demokrat di daerah-daerah.
Ma'mun Murod mencontohkan kemarahan SBY ketika Sinyo Hari Sarundajang, Gubernur Sulawesi Utara yang juga Ketua DPD Sulawesi Utara Partai Demokrat, terjungkal dalam musyawarah daerah di Hotel Peninsula, Manado, 6-7 April 2011. Kala itu dalam pemilihan Ketua Partai Demokrat Sulawesi Utara, Sarundajang kalah telak dari Vicky Lumentut, Wali Kota Manado dengan perolehan 11 suara banding tiga untuk Vicky.
"Saya belum membaca bukunya," ungkap dia, saat ditemui Tribun, usai diwawancarai Pra-Konvensi oleh Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat di Wisma Kodel, Jakarta, Rabu (28/8/2013).
"Saya tertarik dong membacanya. Anda punya bukunya. Saya tertarik membacanya," sambung Sarundajang.
Dia juga menanyakan apa yang ditulis dalam buku Anas. "Yang ditulis di situ mengenai saya apa?" tanyanya kepada Tribun.
Buku itu berkisah mengenai kedekatan dan keinginan kuat SBY agar Sarundajang terpilih sebagai Ketua DPD Sulawesi Utara Partai Demokrat, juga diakuinya terjadi saat itu. Namun, realitas di bawah, DPC-DPC justru menyatakan penolakannya terhadap Sarundajang dan lebih melirik Vickyt. Melihat realitas politik saat itu, tulis Ma'mun, Anas Urbaningrum yang selalu mencoba bersikap demokratis dan proporsional, benar-benar menyerahkan sepenuhnya kepada DPC-DPC.
Kemarahan SBY pun disebutkan meledak. "SBY mengirim SMS ke Anas Urbaningrum yang isinya bernada ancaman," kata Ma'mun, mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat  yang dikenal sebagai loyalis Anas dalam buku itu.
Namun pada intinya melalui SMS tersebut SBY menyebut Anas sudah tidak loyal. "SBY akan bikin perhitungan dengan Anas Urbaningrum, begitu menurut Anas Urbaningrum," tulis Ma'mun di buku setebal 282 halaman tersebut.
Semua kisah itu tidak dipungkiri Sarundajang. Namun baginya, kejadian tak terpilihnya dia menjadi Ketua DPD adalah kisah masa lalu.
"Saya mau baca, walaupun itu masa lalu lah. Kita lihat ke depan saja sekarang," ucapnya sambil mengaku sampai saat ini sudah tidak lagi menjalani kontak dengan Anas yang kini sudah ditetapkan tersangka oleh KPK ini.

Selasa, 27 Agustus 2013


JAKARTA - Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto mengakui elektabilitas atau tingkat keterpilihan partainya meningkat sejak menggandeng Hary Tanoesudibjo (HT) menjadi Calon Wakil Presiden. 

"Sangat sekali. Jadi karena mungkin (partai lain) belum ada yang punya pasangan. Pasangan saya dengan Pak HT, dalam dua bulan terakhir tingkat elektabilitas dan popularitasnya keduanya naik,"ujar Wiranto saat ditemui usai menghadiri acara Halal Bihalal Partai Golkar di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat, Senin (26/8/2013).

Menurut Wiranto, peranan media juga menjadi salah satu faktor yang mendukung kenaikan elektabilitas dan popularitas partai bernomor urut 10 itu . Media televisi disebut sangat berperan meningkatkan elektabilitas, lantaran  mayoritas masyarakat Indonesia lebih memilih melihat televisi dibanding membaca untuk mendapat informasi. 

"Ya media, terutama media televisi. Karena masyarakat kita itu melihat sesuatu (televisi)lebih enak ketimbang membaca. Ini mungkin salah satunya, media televisi itu yang mungkin menaikan tingkat popularitas WIN-HT ini,"paparnya.
(crl)

Senin, 26 Agustus 2013

Museum Jakarta


KOMPAS.com - Museum masih menjadi salah satu tempat menarik untuk dikunjungi masyarakat Jekarta. Selain hiburan, museum juga sarana wisata edukatif yang tetap dibutuhkan masyarakat di tengah serbuan pusat-pusat hiburan dan wisata modern saat ini. Untuk itulah, kali ini secara khusus Kompas.com mengajak Anda berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta, salah satu museum bersejarah di Jakarta dalam bentuk virtual. Dalam format foto 360 derajat, Anda bisa menyaksikan dan mengamati "dari dekat" setiap sudut museum ini. Mulanya, pada masa pemerintahan VOC di Batavia, Museum Sejarah Jakarta digunakan sebagai gedung Balaikota (Stadhuis). Pada 27 April 1626, Gubernur Jenderal Pieter de Carpentier (1623-1627) membangun gedung balaikota baru yang kemudian direnovasi pada tanggal 25 Januari 1707 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan baru selesai pada tanggal 10 Juli 1710 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck. Selain sebagai Balaikota, gedung ini juga berfungsi sebagai Pengadilan, Kantor Catatan Sipil, tempat warga beribadah di hari Minggu, dan Dewan Kotapraja (College van Scheppen). Pada tahun 1925-1942 gedung ini juga dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 digunakan pula sebagai Markas Komando Militer Kota (KMK) I yang kemudian menjadi Kodim 0503 Jakarta Barat. Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974. Segala ihwal Jakarta Terletak di Jalan Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat, Museum Sejarah Jakarta adalah sebuah lembaga museum yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada tahun 1919, dalam rangka 300 tahun berdirinya kota Batavia, warga kota Batavia khususnya Belanda mulai tertarik dengan sejarah kota Batavia. Pada tahun 1930 didirikanlah sebuah yayasan yang bernama Oud Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan segala ihwal tentang sejarah kota Batavia. Tahun 1936, Museum Oud Batavia diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942), dan dibuka untuk umum pada tahun 1939. Museum Oud Batavia ini merupakan lembaga swasta di bawah naungan Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Ikatan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan) yang didirikan pada tahun 1778 dan turut berperan dalam mendirikan Museum Nasional. Koleksi-koleksinya kebanyakan merupakan peninggalan-peninggalan masyarakat Belanda yang bermukim di Batavia sejak awal abad XVI, seperti mebel, perabot rumah tanngga, senjata, keramik, peta, serta buku-buku. Pada masa kemerdekaan, Museum Oud Batavia berubah nama menjadi Museum Djakarta Lama dibawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan pada tahun 1968 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta. Setelah Museum Sejarah Jakarta diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974, maka seluruh koleksi dari Museum Djakarta Lama dipindahkan ke Museum Sejarah Jakarta dan ditambah dengan koleksi dari Museum Nasional. Sejak 1999, Museum Sejarah Jakarta digagas bukan sekedar sebagai tempat untuk merawat dan memamerkan benda yang berasal dari masa penjajahan, tetapi harus bisa menjadi tempat bagi seluruh khalayak untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang sejarah kota Jakarta, serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi. Museum ini berupaya menyediakan berbagai informasi mengenai perjalanan panjang sejarah kota Jakarta, sejak masa prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih kreatif, serta menyelenggarakan kegiatan yang rekreatif dan menarik guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya warisan budaya. Selamat menyaksikan! Sumber: www.asosiasimuseumindonesia.org

Sejarah Jakarta

Oleh : Yudhi S Suradimadja
Sejarah Jakarta
Orang Betawi selama empat abad (12-16 Masehi) pernah menjadi rakyat Pajajaran. Pusat kotanya ada di Pakuan, sekitar Bogor sekarang. Pada masa itu orang Betawi telah berbahasa Melayu, sementara kerajaan Pajajaran berbahasa Sunda. Sejak abad ke-12 pelabuhan Kalapa dikuasai Pajajaran dan berganti nama jadi Sunda Kelapa. Kerajaan ini beragama Budha. Tidak heran kalau pendeta Budha punya kedudukan istimewa. Tapi, orang Betawi hampir tidak ada yang beragama Budha, mereka menganut kepercayaan lama.
Pada abad ke-14 di Karawang berdiri Pesantren Kuro. Karawang termasuk wilayah Pajajaran. Yang memerintah adalah Prabu Siliwangi. Menurut penuturan Yahya Andi Saputra, yang banyak menekuni sejarah Jakarta, suatu ketika Prabu Siliwangi mengunjungi Pesantren Kuro. Di sini sang prabu jatuh hati pada seorang putri bernama Subang Larang. Sang Prabu dikaruniai putera bernama Kyan Santang. Ia menganut agama Islam.
Orang Betawi banyak yang mengikuti agama Islam yang disebarkan Kyan Santang. Pendeta kerajaan Pajajaran menilai Kyan Santang melakukan penyimpangan, atau langgara. Karena itu, tempat bersembahyang (shalat) pengikut Kyan Santang dinamakan langgar. Orang Betawi sampai kini lebih banyak menyebut langgar katimbang mushala.
Pelabuhan Sunda Kalapa sejak dikuasai Pajajaran sangat makmur. Banyak disinggahi kapal-kapal dari mancanegara, disamping perahu dari berbagai tempat di Nusantara. Menurut penuturan Yahya Andi Saputra, kesenian di zaman itu berkembang pesat. Seperti tari-tarian dan gamelan. Orang Betawi banyak yang berprofesi di bidang kesenian. Mereka memajukan kesenian Betawi, seperti topeng, ubrug dan ujungan.

Rabu, 21 Agustus 2013

PT Kernel Gelontorkan Uang untuk Muluskan Ekspansi ke SKK Migas

  • Penulis :
  • Icha Rastika
  • Selasa, 20 Agustus 2013 



JAKARTA, KOMPAS.com — Komisaris PT Kernel Oil Private Limited (KOPL) Simon G Tanjaya,  melalui pengacaranya, Junimart Girsang, mengaku telah menggelontorkan sejumlah uang demi memuluskan rencana PT KOPL untuk berekspansi ke kegiatan hulu minyak dan gas. 

Simon mengaku telah menyerahkan uang kepada Deviardi alias Ardi, pelatih golf Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Rudi Rubiandini, senilai total 700.000 dollar AS.

"Pak Simon ingin ekspansi perusahaan Kernel Oil ke SKK Migas," kata Junimart di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (20/8/2013). 

Menurutnya, PT Kernel Oil ingin berekspansi ke kegiatan hulu minyak dan gas karena selama ini hanya bergelut dalam bisnis solar. PT Kernel, kata Junimart, belum pernah ikut tender di SKK Migas. 

"Karena selama ini mereka bergerak di bidang perdagangan solar. Solar ini hubungan ke Dirjen Migas, ke BPH Migas, dan ke Kementerian Perdagangan," kata Junimart. 

Ia juga mengungkapkan, kliennya memberikan uang kepada Deviardi karena menganggap Ardi sebagai sekretaris SKK Migas. Kepada Simon, kata Junimart, Ardi mengaku sebagai sekretaris SKK Migas. Mengenai kepada siapa saja uang 700.000 dollar AS dibagi-bagikan oleh Ardi, Junimart mengatakan bahwa kliennya tidak mengetahui hal tersebut.

Simon mengaku tidak tahu jika kemudian uang itu diberikan Ardi kepada Rudi. "Hanya beliau mengetahui uang itu diserahkan melalui Pak Ardi, nanti Pak Ardi yang akan mengatur pembagian ke sana, kemari," ujarnya. 

Simon pun, lanjut Junimart, mengaku tidak kenal Rudi ataupun pejabat SKK Migas yang lain. 

Dalam kasus ini, KPK menetapkan Rudi sebagai tersangka atas dugaan menerima suap dari petinggi PT KOPL Simon terkait kegiatan hulu minyak dan gas. Selain Rudi dan Simon, KPK juga menetapkan Deviardi sebagai tersangka. 

Sama halnya dengan Rudi, Deviardi diduga menerima uang dari Simon. Beberapa hari lalu, Deviardi dan Rudi tertangkap tangan penyidik KPK di kediaman Rudi dengan barang bukti uang senilai 400.000 dollar AS, 90.000 dollar AS dan 127.000 dollar Singapura, serta motor berkapasitas mesin besar bermerek BMW. 

Tim penyidik juga menyita uang tunai 200.000 dollar AS dari kediaman Ardi. Terkait penyidikan kasus ini, KPK telah menggeledah ruang kerja Sekjen Kementerian ESDM Waryono Karyo. Dari penggeledahan tersebut, KPK menyita uang 200.000 dollar AS yang dibungkus dalam tas hitam. Selain menggeledah ruangan Sekjen ESDM, KPK menggeledah kantor SKK Migas sejak Rabu (14/8/2013) malam, hingga Kamis (15/8/2013) sore. 

Dari penggeledahan tersebut, KPK menyita sejumlah uang dan emas di ruangan Rudi. Nilai uang yang ditemukan sekitar 60.000 dollar Singapura, 2.000 dollar AS, dan kepingan emas seberat 180 gram. KPK juga menyita uang dalam deposit box yang berada di Bank Mandiri, Jakarta, senilai total 350.000 dollar AS.

Editor : Inggried Dwi Wedhaswary